Lubuk Kertang Lubuknya Batu Permata di Langkat



Oleh : Freddy Ilhamsyah PA

Bagi anda penggemar batu permata ataupun batu akik (setengah batu mulia) mungkin masih banyak yang belum mengetahui bahwa di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Langkat dan lebih khusus lagi di Kecamatan Brandan Barat terdapat lubuk atau sumber batu akik berkualitas tinggi yang penuh corak dan ulirnya.
Bunga Tanjung

Pada intinya, batu permata asal Dusun Janggus atau biasa disebut oleh penduduk setempat sebagai “Batu Janggus” memiliki banyak variasi, indah dan bagus untuk dijadikan mata cincin, kerabu, liontin (mainan kalung) dan batu belah hiasan buffet.

Berbicara mengenai mutunya, Batu Janggus masih berada di atas rata-rata batu akik asal Sumatera Barat (Padang), Batu Raja (Sumatera Selatan), Lampung, Aceh, Jawa Barat dan Kalimantan.

Bahan baku batu cincin

Oleh sebab itu tidak mengherankan bila sejak tahun 1970-an sampai beberapa tahun terakhir ini, batu akik yang berasal dari Dusun Janggus, Desa Lubuk Kertang (Paluh Tabuhan), Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara banyak diburu oleh penggemarnya yang datang dari Medan, Aceh dan Jakarta. Agatized Coral

Dari hasil survei penulis sejak 25 tahun lalu, di Dusun II Janggus terdapat batu permata jenis Kecubung Ulung (kristal hitam mengkilat yang tidak tembus cahaya), Akik Lumut (Mose Agate), Akik Gambar (Sulaiman), Kayu Sempur (Petrified Wood atau fosil kayu yang telah berubah menjadi batu dengan usia jutaan tahun), Serat Nibung, Badar Tawon, Badar Lipan dan Bunga Tanjung ( Agatized Coral yang tercipta dari fosil batu karang laut), Kwarsa Bening (Silicon) yang biasa disebut sebagai Batu Kinyang, Kinyang Es, Kwarsa Asap, Kalsedon, Amber (Gondo Rukem yang berasal pembentukan dari sejenis getah yang mengendap di dalam air laut), Badar Perak, Badar Emas, Cempaka dan lain sebagainya.

Kumpulan mata cincin koleksi Toni

Mengingat potensi batu akik Dusun Janggus cukup bagus, maka tidak mengherankan bila pada tahun 1990-an Pertamina Pangkalansusu bersedia menjadi Bapak Angkat bagi pengrajin batu akik di Dusun Janggus yang ketika itu dikelola oleh Amat Yani (kini sudah almarhum), dan penulis dipercayakan Pertamina dan Amat Yani sebagai koordinator Sentra Batu Aji “Janggus Karya”. Bukan hanya itu, pihak Pemda Langkat (Perindustrian) juga ikut andil memberi bantuan peralatan mesin pengasah batu lengkap dengan alat bor batu, dan bahkan Amat Yani beberapa kali dikursuskan ke Sentra Batu Aji “Tiasky Emma” di Sukabumi Bogor oleh pihak Perindustri Kabupaten Langkat.

Liontin berbentuk ikan

Dalam setiap event Medan Fair (Pekan Raya Medan) maupun dalam acara pameran kegiatan HUT Kabupaten Langkat, Sentra Batu Aji “ Janggus Karya” pimpinan Amat Yani yang dibantu iparnya, Satang alias Tatang, ikut andil menyemarakkan ajang pameran tersebut.

Liontin berbentuk daun

Kini Sentra Batu Aji “Janggus Karya” peninggalan Amat Yani almarhum dikelola oleh Yetno (menantu Amat Yani alm), dan nama “Janggus Karya” diganti menjadi “Permata Yani” yang berdomisili di Jalan Paluh Tabuhan, Dusun I Janggus, Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

“Dipilihnya nama Sentra Batu Aji Permata Yani adalah untuk mengenang jasa almarhum bapak yang sudah puluhan tahun bekerja di bidang asah-mengasah batu permata,” kata Yetno pada penulis beberapa waktu lalu.

Liontin Bunga Tanjung

Awal ditemukannya batu permata/cincin di Dusun Janggus terjadi sekitar tahun 1970-an, ketika dimulainya pengaspalan hotmix jalan raya Pangkalansusu-Pangkalan Brandan oleh pihak Pertamina. Bahan baku batu untuk campuran aspal hotmix diambil dari Dusun Janggus yang kemudian dipecahkan dengan mempergunakan stone crusher (mesin pemecah batu). Dari pecahan batu (split) tersebut tampak kepingan batu cincin yang beranekawarna, sehingga jadi rebutan para pekerja proyek jalan dan masyarakat sekitarnya.Agatized Coral

Demam batu cincin kian menyebar ketika Pertamina melakukan pengurugan lokasi/cluster migas baru yang ditimbun dengan sirtu Janggus. Para pemburu batu permata dari berbagai tempat mulai berdatangan ke Janggus/Paluh Tabuhan dan lokasi migas yang baru ditimbun Pertamina setelah penulis memberitakan di Harian Bukit Barisan Medan (1982), tempat penulis bekerja sebagai wartawan, termasuk dibeberapa penerbitan majalah Warta Pertamina Jakarta pada tahun 1991.

Sayangnya, dewasa ini batu permata Janggus mulai sulit dicari, termasuk di anak-anak sungai yang berada di Afdeling II PTPN-II Sawit Seberang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Batu permata dalam foto adalah koleksi Toni (Toko ATK “Sinar Jaya” Pangkalansusu).

65 pemikiran pada “Lubuk Kertang Lubuknya Batu Permata di Langkat

    • Maaf, bongkahan bahan baku batu permata yg ditampilkan merupakan koleksi pribadi yang ditemukan/dicari sendiri oleh sdra.Toni di Janggus dan di Sawit Seberang Langkat. Koleksi tsb tdk utk dijual.

      Apabila anda memang benar berminat membeli bongkahan batu permata sejenis, anda dpt menghubungi sdra. Yetno, (contact person : HP No. 08126557929) pemilik sentra batu aji “Permata Yani” yg memang menjual dan menerima tempahan membuat mata cincin, liontin dll. beralamat di Jalan Paluh Tabuhan, Dusun I Janggus, Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

      Sedangkan saya dan sdra. Toni adalah pengoleksi batu aji (batu permata) hasil buruan sejak lebih dari 20 tahun lalu. Anda dpt melihat koleksi batu permata saya di FB atas nama penulis (Freddy Ilhamsyah PA).

      Demikian sekilas info dari saya dan terima kasih atas atensi anda terhadap tulisan dlm blog ini.

    • Terima kasih atas informasinya. Benar sekali, memang saya sdh lama tdk bertemu dgn pak Satang, lebih dari 15 tahun. Alhamdulillah dia masih ingat dgn saya, karena saya adalah perintis yang mengangkat, memajukan dan mempromosi Batu Permata Janggus dari tdk dikenal menjadi terkenal, sekitar 25 tahun lalu yg kebetulan pada masa itu saya adalah koordinator mereka, sehingga mereka dirangkul Pertamina sebagai Bapak Angkat dan digandengan oleh Dinas Perindustrian Kabupaten Langkat.

      • salut buat pak freddy atas jasanya, boleh saya main kerumah liat koleksi batu bapak ?
        pak satang ngajak pak freddy hunting batu ke sawit tuh.

      • Maaf, koleksi saya dapat dikatakan sdh sangat minim karena sekitar 6 goni sdh saya pindahkan ke Cimone Tangerang, rumah orangtua saya puluhan tahun lalu.

        Kepingin juga sih, tapi kini transportasi (mobil) sdh tdk ada. Dulu pakai mobil teman ke Sawit Seberang (Afdeling II). Sedang di Janggus sendiri, bahan bakunya sdh berkurang.

        ________________________________

      • saya punya batu bunga tanjung bentuknya mirip sarang tawon kira kira ada 20 ton keadaan baru di ambil dari bukit mangkadai yg kami temukan, kalow bapak butuh/lebih jelasnya hubungi nomor saya(082376378576). terima kasih

  1. Luar biasa bagus ya, tidak disangka langkat mempunyai batu permata yang bagus dan indah ya, kalau kami inggin mengkoleksi bagaimana caranya pak ,maklum kita berjauhan , tks berat

    • Bung Asmar, untuk batu permata yang ditampilkan dalam tulisan berjudul “Lubuk Kertang Lubuknya Batu Permata di Langkat” itu tidak untuk dijual berapapun harganya. Itu koleksi sdra. Tony (Toko “Sinar Jaya” Jln. Tambang Minyak, Pangkalansusu, Kabupaten Langkat. Bila memang Anda benar-benar ingin jadi kolektor batu permata asal Janggus, silahkan berkunjung ke Dusun Janggus, Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

      Demikian sekilas info dari saya.

  2. bagus sekali artikel nya pak,sayangnya batu janggus kurang promosi pak. Saya salah satu penggemar batu janggus, silahkan mampir ke fb saya pak freddy. (batuakiksumatera@yahoo.co.id)

    • Terima kasih atas atensinya. Sebenarnya sudah lama saya promosikan, kalau tidak nama Batu Janggus tdk dikenal orang dan dijadikan pemburuan. Akibatnya, sekarang batu Janggus mulai langka. Ok nanti coba saya lihat. Trims atas infonya.

  3. Laporan wartawan Bangka Pos, Hendra
    TRIBUNNEWS.COM, BANGKA – Kang Tatang, begitulah ia akrab disapa oleh orang di sekitar Pasar Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung. Di usianya yang setengah abad, fisiknya masih terlihat kuat. Urat-urat tangannya tampak menyembul dibungkus warna kulitnya yang sawo matang itu.
    Di depan pos polisi kota, Pangkalpinang, Rabu (5/10/2011) dia menggelar dagangannya di bawah payung besar warna warni. Tatang tampak sibuk menggosok-gosok sebuah batu warna merah tua, yakni di atas selembar kulit sapi.
    “Beginilah, pekerjaan saya sehari-hari. Lumayan lah buat menghidupi keluarga,” tutur Tatang yang berprofesi sebagai penjual batu cincin sembari mengisap rokok kreteknya.
    Asap putih rokok seolah bahan bakar terus keluar dari hidung dan mulutnya. Giginya sudah tampak kehitaman. Sekitar 15 menit sebuah batu cincin warna merah tua itu selesai digosoknya.
    Selembar uang Rp 10 ribu dimasukkannya ke kantong baju, upah dari pelanggan yang memintanya menggosok batu merah tua.
    Kembali sebatang rokok kretek diambilnya dari kotak. Dengan sebatang rokok itu, ia kembali menyambung perbincangan dengan bangkapos.com.
    Ia bercerita, perjalanannya hingga menjadi penjual batu cincin ini cukup panjang. Sejak masih bujangan, belum beristri Kang Tatang sudah memulai profesinya.
    Berbagai daerah telah ia kunjungi, bahkan hingga ke Aceh. Namun ia tidak merasa betah. Akhirnya ia pun merantau dan mengadu nasib di Pangkalpinang.
    “Saya di sini (Pangkalpinang, Babel) sudah sekitar 20 tahun jualan cincin ini. Sudah kemana-mana saya dagang cincin, Palembang, Lampung sampai ke Aceh. Tapi yang paling lama di sini sejak saya beristri,” ceritanya.
    Hasil dari menjual batu cincin cukuplah bagi Tatang. Banyak pelanggannya dari Pangkalpinang, hingga luar Pangkalpinang.
    “Dulu saya di pasar dalam, tetapi sekarang sudah disini. Pasar dalam yang dulu sudah dibangun BTC. Sekarang yang numpang di sini. Pakai payung besar ini,” lanjut Tatang sambil menata ratusan cincin yang ditempatkan di sebuah etalase terbuka.
    Harga cincin yang ditawarnya bervariasi. Mulai harga Rp 100 ribu hingga Rp 1 juta lebih. Dari kualitas batu biasa hingga kualitas wahid.
    Tidak hanya menjual batu cincin, ia juga menerima jasa memperbaiki batu cincin sampai menggosok batu cincin hingga mengkilap.
    Untuk menggosok batu cincin, katanya ia mematok upah Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu. Sedangkan untuk membuat atau membentuk harganya berkisar Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu, tergantung besar kecilnya batu cincin.
    “Kalau cuma jual batu cincin nggak bisa hidup. Saya juga menerima gosok batu dan membentuknya. Kalau sudah langganan cuma 10 ribu. Kalau membentuk baru paling murahnya 25 ribu, tergantung besarnya,” tutur Kang Tatang.
    Tak terasa, sebatang rokok kreteknya mulai habis. Pelanggan pun datang untuk menggosok batu cincin. Ia kembali melanjutkan kerjanya. Batu cincin yang akan digosoknya itu warna biru gelap. Batu tersebut bergores.
    Peralatannya pun kembali dikeluarkan. Selembar amplas, sebotol kecil bubuk intan dan cairan dari batu warna hijau. Tak lupa sekeping kulit sapi berukuran 15 X 20 Centimeter sebagai penggosoknya.
    Sementara itu tangannya yang mahir, perlahan ia menggosokkan batu tersebut. Dari kesabaran dan ketekunan Kang Tatang, batu biru gelap itu pun mengkilap seperti sedia kala.
    “Sudah pak, terima kasih,” ucap Tatang dan pelanggan itu pun senyum puas.

    • BANDA ACEH – Dari jarak beberapa depa, benda-benda yang bertumpuk di atas meja itu bak tumpukan berlian. Tapi melongok lebih dekat, itu rupanya pajangan ribuan batu alam.

      Digelar di Taman Sari Banda Aceh, inilah pameran batu alam yang diadakan oleh Gabungan Pecinta Batu Alam Aceh atau GaPBA. Di event ini dipamerkan koleksi batu alam terbaik yang didatangkan dari seluruh Aceh. Pameran dilaksanakan sejak 7 hingga 11 Maret 2012.

      Ada sekitar 25 peserta yang ikut dalam pameran tersebut. Aneka batu dipamerkan dengan segala kelebihan dan keunikan masing-masing. Ada batu akik, kecubung terong, kecubung wulung, pancawarna, batu giok, dan batu permata. Batu-batu tersebut telah diolah menjadi berbagai perhiasan seperti batu cincin, kalung, cuping tali pinggang, dan gelang.

      Ketua DPP GaPBA Aceh Nasrul Sufi kepada The Atjeh Post, Kamis 8 Maret 2012, mengatakan bahwa batu-batu tersebut dijual dengan harga beragam, tergantung dari kualitas, bentuk, warna dan asal muasal batu tersebut. “Harganya berkisar antara seratus ribu sampai sepuluh juta rupiah,” kata Nasrul.

      Salah satu batu koleksinya yang mencapai harga tertinggi adalah batu alam jenis akik yakud merah. Harganya dipatok sepuluh juta oleh Nasrul. Batu ini diperoleh dari Pidie. Dan termasuk jenis batuan yang sangat langka. Batu akik Aceh sendiri kata Nasrul memiliki ratusan nama.

      Sepintas, yakud merah koleksi Nasrul terlihat sama saja dengan batu-batu akik lainnya. Tetapi setelah diperhatikan dengan seksama dengan bantuan alat khusus, barulah terlihat keistimewaan batu tersebut. Di dalamnya terdapat air dan air tersebut akan bergerak-gerak ketika batu digoyangkan. “Semua yakud memiliki air di dalamnya,” kata Nasrul.

      Ternyata warna merah yang membentuk yakud ini, berasal dari mineral dan zat kimiawi lainnya yang diisap oleh batu alam dari dalam tanah dalam rentang waktu yang lama.

      Tak hanya mempunyai koleksi yakud merah, Nasrul juga mempunyai koleksi yakud kuning dan yakud putih. Namun harganya tidak semahal yakud merah. Harga yakud kuning dipatok dua juta rupiah, sedangkan yakud putih kisaran satu juta rupiah.

      Tak hanya memamerkan batu-batu yang sudah jadi, di lokasi pameran juga ada para pengrajin batu yang mengolah langsung proses pembuatan batu cincin. Sehingga, pengunjung bisa melihat langsung bagaimana pembuatan batu-batu tersebut.

      Saiful, pengrajin batu yang biasanya beroperasi di Pasar Aceh mengatakan sebelum batu siap untuk dijual terlebih dahulu harus melewati beberapa tahapan. Tahap pertama adalah pemotongan dengan menggunakan mesin grenda.
      “Biasanya batu dipotong sebesar kepalan tangan atau sebesar telur. Baru kemudian diasah dengan kertas pasir 150 cw, dilanjutkan penghalusan dengan menggunakan kertas pasir 1500 cw. Terakhir untuk memberikan efek mengkilat pada batu, batu digosok dengan abu gosok sampai dirasakan cukup,” ujar Saiful.

      Batu-batu koleksi Saiful beragam. Di antaranya batu jenis giok dan kecubung terong. Khusus untuk kecubung terong, ia membelinya dari pedagang di Aceh Selatan, Pidie, dan Meulaboh.

      Kecubung terong memiliki ciri khas warna ungu. Sebagian orang menyebutnya dengan batu kecubung pengasih, karena dianggap dengan memakai batu ini memiliki daya tarik tersendiri. Namun, menurut Saiful itu hanya faktor sugesti saja.

      Hal yang sama juga diungkapkan Nasrul, menurutnya batu-batu jenis tertentu memang memiliki nilai-nilai istimewa yang berpengaruh pada pemakainya. Tetapi menurutnya itu tidak boleh diyakini. “Khasiat batu ini hanya untuk keindahan dan seni saja,” katanya.

      Untuk memperoleh batu kecubung terong tidaklah mudah. Sebagaimana diceritakan oleh Saiful bahwa batu-batu tersebut terletak di dalam goa-goa. Seseorang yang berprofesi sebagai pengambil batu menurutnya harus memiliki ilmu kebatinan yang tinggi.

      Hal ini penting untuk melindungi diri ketika diserang oleh binatang buas seperti ular, harimau, dan babi hutan. “Selain itu juga ada hantu-hantu gunung dan jin,” tambah Saiful. Karena itu selain mempunyai ilmu kebatinan mereka juga harus memiliki fisik yang kuat dan tangguh.

      Harga yang dibeli Saiful pun beragam. Untuk kecubung terong misalnya, ia membeli dengan harga dua ratus ribu sampai tiga ratus ribu per kilogramnya. Sedangkan untuk giok dengan kualitas bagus ia bisa membeli dengan harga sampai dua juta rupiah per kilogramnya.

      Satu kilogram batu giok, kata Saiful, bisa menghasilkan sedikitnya 20 butir batu cincin ukuran sedang. Setiap butirnya dijual dengan harga mulai Rp150 ribu per butir.

      Pameran ini adalah yang kedua kalinya digelar sejak GaPBA Aceh terbentuk. Selain untuk memamerkan batu-batu tersebut kepada khalayak umum, Nasrul mengatakan bahwa acara ini digelar untuk penggalangan dana yang akan mereka sumbangkan ke Tangse.[]

      1

      • Terima kasih atas infonya. Semoga data di atas dapat melengkapi informasi mengenai batu akik Aceh di blog saya agar dapat dibaca oleh para pecinta batu permata di Indonesia dan manca negara.

  4. wah…wah…wah…
    Bagus Sekali Koleksi dan Infonya Pak.
    Janggus dan Sawit Sebrang Memang Tempat Gudang Batu di Langkat Pak.
    Tapi diSayangkan Hunting di sekitar anak sungai di Sawit Sebrang ( AFD II ) Sudah tidak di Perbolehkan Pak, Berhubung Perkebunan Semakin di Jaga Ketat.
    Semoga LANGKAT Semakin Berseri.

    • Artinya, orang perkebunan itu mau menggarap sendiri sumber alam tersebut. Kalau dulu hanya beberapa orang saja yang tahu bahwa di anak-anak sungai dalam kawasan tsb ada terdapat sumber batu akik.

      Batu akik di Sawit Sebrang bahan bakunya termasuk besar-besar. Ada jenis Bunga Tanjung (fosil batu karang), cempaka, sulaiman, fosil Batu Kayu dll. Tetapi sayangnya bahan bakunya getas alias gampang pecah (rapuh), mungkin karena lokasinya berada di dalam anak sungai yang dangkal. Beda dengan batu Janggus yang keras dan bisa berapi kalau digerenda.

      Dewasa ini, disaat bahan baku batu akik mulai berkurang, justeru penggemar pemula batu akik kian banyak jumlah.

      Demikian sekilas info tambahan dari saya.

  5. Terima Kasih Pak Atas Infonya…

    Baru baru Ini di Rekan rekan KOMBATAM ( Komunitas Batu Akik Tamiang ) di Aceh Tamiang. http://aceh.tribunnews.com/2012/11/08/kasat-intel-pimpin-komunitas-batu-akik
    Dan FPBI ( Forum Pecinta Batee Inciuen ) di Lhokseumawe Mengadakan Acara Silaturahmi.
    http://serambinews.net/news/view/49841/komunitas-pencinta-batu-akik-terbentuk

    Jadi Menurut Bapak Sebagai Senior, Kapan KIta Membentuk Komunitas Pecinta Batu di Langkat ???

    • Suatu Ide yang bagus. Coba nanti saya bicarakan dengan rekan2 yg masih aktip termasuk para pengrajin batu akik di Kecamatan Pangkalansusu dan Kecamatan Brandan Barat (saya sendiri sdh non aktip) termasuk para pemula yg kini sdh menjadi “penggila” batu akik. Apabila mereka OK, kita bicarakan utk tindak lanjutnya.

      Wasalam.

  6. pak mohon bantuannya utk merangkul para Rumah asah batu P.susu agar terciptanya satu wadah pencinta batu yang dapat dikenal warga sumut khususnya..spt yg ada di Kab Aceh timur (kuala simpang) yg baru seumur jagung..namun telah rutin mengadakan pameran pak..makasi atas perhatian bpk

    • Bung Errens Nst, ini suatu ide yang bagus nanti coba saya data dan hubungi para pengrajin Batu Aji di Kecamatan Pangkalansusu dan Kecamatan Brandan Barat untuk membicarakan hal itu. Yang jelas, terima kasih atas perhatian dan kepedulian Anda terhadap dunia perbatuan permata di Kabupaten Langkat-Provinsi Sumatera Utara. Wasalam.

  7. indah dan menarik untuk dikoleksi bagi yang hobby mengoleksi bebatuan, tapi bagaimana cara membedakan antara yang asli dengan yang palsu? karena sekarang banyak ditemukan imitasi layaknya asli. apalagi buatan China.

    • Untuk menguji batu-batu mulia palsu atau asli ada pelbagai macam cara yang agak sulit diperhatikan oleh orang awam bahkan ahli. Akan tetapi ada cara yang sederhana yaitu : 1. Lihat urat-urat alam yang tampak di batu itu. 2. Nilai keras. 3. Kadar beratnya, dan 4. Pemantulan sinar batu. Untuk itu diperlukan peralatan seperti kaca pembesar, hardness point set pensil, dan refractometer. Misalnya, untuk menguji batu Jambrud atau batu Emerald yang berwarna hijau harus menggunakan Emerald filter. Dengan alat ini kita dapat mengetahui apakah Jambrud itu asli atau palsu. Dalam teropong dengan filter itu, Jambrud yang asli tampak berwarna merah, sedangkan yang palsu tetap berwarna hijau.

      Tip dari penulis :

      Bagi Anda yang gemar mengoleksi batu mulia (Intan, Jambrud dllnya) sebaiknya beli di toko khusus penjual permata batu mulia. Sebab batu-batu mulia tersebut akan dilampirkan dengan sertifikat.

      Demikian sekilas penjelasan dari saya.

      Wasalam.

  8. Salam kenal Pak, terima kasih saya banyak menyimak tentang Suiseki di blog Bapak, saya penggemar suiseki dan bonsai domisili di sumbar. Trm kasih Pak

    • Saat ini saya sdh menetap di kota Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Koleksi bahan batu akik saya di Tangerang sdh habis dibagi-bagi oleh ayah dan adik saya ke teman-teman mereka.

  9. Salam kenal Pak…sy dalam setahun 2 x, ada pergi ke pangkalpinang, sy tertarik untuk dtg berkunjung ketmpt bpk, yg bpk info itu kalau ga salah lpngan merdeka/org sana bilang thaibumbuk yah, dan posisi persisnya bpk ada dimananya….? Thank’s atas infonya

    Salam,
    Riki Phang

  10. saya memiliki batu hitam mengkilap tapi jika disenter tidak tembus pdhl batunya sangat tipis sekali, kira2 4 mm ketebalannya. menurut bapak batu jenis apakah yg sy miliki ini ?

  11. Saya tertarik dgn motif batu cincinnya….boleh kirim foto batu cincin berikut keterangan asal dan khasiat…ditunggu…tq.

  12. saya menemukan batu yg bentuknya mirip seperti sarang tawon berat sekitar 50 80 kg , di pecah nampak serat seperti bunga tanjung seperti di atas, kalow anda minat hubungi nomor HP saya 082376378576. terima kasih

  13. saya hobi mencari batu akik asal saya sawit…batu koleksi bapak bagus semua..alhamdullilah saya pun punya pak..saat ini saya sendiri bingung dengan pemasaran koleksi saya batu madu..batu terattai mulai dari kristal dan dob komplit..panca warna batu mata dewa juga ada dll mohon pencerahan dari bapak..dan kawan lainnya trima kasih
    nope 085371745678
    imail rusmuliani@gmail.com

  14. maaf saya ralat komen pak fredly diatas batu akik di sawit seberang tu bahan baku sangat keras mungkin yg bapak peroleh bahan bakunya belum cukup tuauntuk diolah koleksi saya adasekitar 500 kilo klu bapak mau melihat silahkan bapak datang kesawit seberang hubungi saya rusmuliani@gmail.com

    • Waduh….. Denny semua batu akik yg saya dan teman-teman dapat di anak sungai kawasan Afdeling-II sampai ke perbatasan kawasan Leuser, semuanya getas, kecuali jenis batu kayu dan bunga tanjung/sarang tawon serta serat Lipan itupun tidak padu, banyak rongganya.

      Boleh juga nanti sesekali saya dan teman-teman bertandang ke tempat Anda. Trims atas infonya.

  15. wah ternyata kiblat gemstone comunity selama ini bacan, solar/indocrase, dan lumuik sungai dareh, padahal batu dari daerah langkat tak kalah krindahannya.

  16. Ping balik: batu akik ulungShare Free Kawazone | Share Free Kawazone

Tinggalkan Balasan ke ma'mun Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.